Pernahkah
anda mempelajari sesuatu dalam keadaan tegang/stress, takut, tidak nyaman dan
tidak tahu apa gunanya? Apakah saat itu anda dapat memahami dan menyerap materi
dengan mudah? Bagaimana jika matematika, yang menjadi momok mengerikan bagi siswa karena terkesan
rumit dan penuh angka disampaikan dengan cara yang menyenangkan dan
membangkitkan gairah belajar sehingga siswalah yang meminta-minta untuk belajar?
Kebanyakan orang Indonesia menganggap bahwa matematika
adalah pelajaran yang sulit. Karena itu, tidak mengherankan apabila sering kali
nilai matematika adalah nilai terendah yang dijumpai oleh orang tua dalam
raport anaknya. Tetapi, sesungguhnya menguasai pelajaran matematika bukanlah
hal yang teramat sulit.Kesulitan dalam belajar matematika itu muncul karena cara
pengajaran yang sulit dipahami dan tidak sesuai dengan karakter cara belajar
siswa itu sendiri.
Dewasa ini terdapat banyak lembaga yang mengajarkan
matematika dengan cara yang unik dan menarik yang dapat memperbaiki kemampuan
anak-anak dalam belajar matematika. Lembaga-lembaga ini memiliki teknik dan metode
pengajaran yang
berbeda-beda untuk membuat pelajaran matematika lebih mudah untuk dikuasai dan menyenangkan untuk dipelajari. Salah satunya
adalah metode KUMON.
Kumon adalah metode pengajaran yang dikembangkan pertama
kali oleh seorang guru matematika asal Jepang bernama Toru Kumon. Almarhum Toru Kumon mengembangkan bentuk awal Metode Kumon pada 1954
ketika ia menjadi guru matematika SMA. Pada waktu itu, istri Toru Kumon,
Teiko, memintanya untuk melihat pelajaran Aritmetika untuk kelas 2SD
dari anak tertuanya, Takeshi, karena ia tidak puas dengan hasil
ulangannya.Level awal
untuk setiap anak tidak ditentukan berdasarkan tingkatan kelas atau usia,
melainkan mulai dari level yang dapat ia kerjakan sendiri dengan mudah tanpa
ada kesalahan, yang berlangsung seminggu dua kali.
Anak akan diberi lembar kerja yang
harus dikerjakan setiap hari di rumah. Dengan demikian, orang tua pun memegang
peranan penting untuk mengawasi cara belajar anak di rumah.Tak perlu takut anak
akan menemukan soal-soal yang tidak dipahami dalam lembar kerja. Lembar
kerjanya sendiri telah didesain sesuai dengan level anak, sehingga ia dapat
memahami sendiri bagaimana menyelesaikan soal-soal tersebut. Selain itu, lembar
kerja juga disusun secara sistematis, cermat, dan small steps (perbedaan antar
topik bahasan tidak terlalu besar) yang dapat membantu membentuk kemampuan
dasar matematika yang baik pada anak, sehingga memungkinkan anak mengerjakan
level yang lebih tinggi tanpa kesulitan yang berarti.